لاَ حَاجَةَ إٕلَى ذِكْرِ اسْمِيْ
Tidak perlu mengingat namaku
إِنَّ كُلَّ رَجُلٍ مِنَّا عَفَا اللَّهُ عَنَّا وَ عَنِ الْمُسْلِمِيْنَ إِذَا أَتَي بِمأثّرَةٍ أَوْ قَامَ بِعَمَلٍ يَسْتَرْعِي الاِنْتِبَاهَ وَيُثِيْرُ فِي النُّفُوْسِ الإِعْجَابَ وَ الإِكْبَارَ. يُحِبُّ أَنْ يُعْرَفَ وَيُمْدَحُ وَيُذْكَرُ اسْمُهُ وَيُحْفَظُ وَهٰذِهِ طَبِيْعَةٌ بَشَرِيَّةٌ لاَيُلاَمُ أَحَدٌ عَلَيْهَا
Semoga Allah Ta’ala mengampuni kita dan Kaum Muslimin yang apabila melakukan sesuatu selalu mengharapkan pujian ataupun perhatian orang lain yang bisa menimbulkan rasa ingin dihormati, dihargai, dikenal, dipuji dan diingat. Ini semua tabi’at manusiawi yang tidak bisa disalahkan (dicela)
وَلَكِنَّ شَأْنَ الْمُسْلِمِيْنَ الَّذِيْنَ تَخَرَّجُوا مِن الْمَدْرَسَةِ النَّبَوِيَّةِ وَنَشَؤُوْا فِي أَحْضَانِ التَّعَالِمِ الإِسْلاَمِيَّةِ وَظِلاَلِهَا، كَانَ شَأنُهُمْ غَيْرَ هٰذَا، نَشَأَتْ وَصَدَرَتْ مِنْهُمْ عَجَائِبُ مِنَ الإِخْلاَصِ وَالاِبْتِعَادِ عَنِ الأَنَانِيَّةِ وَحُبِّ الشَّهْرَةِ وَالْمَدْحِ
Namun berbeda dengan kondisi Kaum Muslimin yang selesai menempuh sekolah berbasis sirah nabawiyah, mereka tumbuh berkembang di bawah naungan pendidikan dan ajaran-ajaran Islam. Terpencar dari diri mereka keikhlasan luar biasa yang jauh dari pada sifat egoisme, rasa ingin terkenal dan dipuji.
لَمَّا هَبَطَ الْمُسْلِمُوْنَ الْمَدَائِنَ وَهِيَ عَاصِمَةُ الْمَمْلَكَةِ الساسَانِيَّةِ الفَارِسِيَّةِ (إيران القديم), وَفَتَحُوْا الْبَلَدَ وَغَنَمُوْا غَنَائِمَ كَانَتْ أَعْظَمُ ثَرْوَةً فِي ذٰلِكَ الزَّمَانِ وَكَانَ الْعَرَبُ رُعَّاةَ الإِبِلِ
Ketika Kaum Muslimin menduduki ibu kota kerajaan sasanid (Dinasti Sasaniyah Farisiyyah), Mereka berhasil menaklukan Negri tersebut dan mendapatkan banyak hasil rampasan perang yang merupakan kekayaan terbesar waktu itu. Orang-Orang Arab mereka bekerja sebagai pengembala unta
أَقْبَلَ رَجُلٌ بِحُقٍّ مَعَهُ إِلَى قَائِدِ الْجَيْشِ الإِسْلاَمِيِّ فَدَفَعَهُ إِلَيْهِ وَكَانَ عِنْدَهُ رِجَالٌ فَاسْتَغْرَبُوْا مِنْ مَا كَانَ يَحْمِلُهُ هٰذَ الْعَرَبِيُّ الْفَقِيْرُ مِنْ ثَرْوَةٍ وَطُرَفٍ، فَقَالُوا : “مَا رَأْيْنَا مِثْلَ هٰذَا قَطٌّ، مَا يَعْدِلُهُ مَا عِنْدَنَا وَلاَ يُقَارِبُهُ فَقَالُوْا : “هَلْ أَخَذْتَ مِنْهُ شَيْئًا ؟ فَقَالَ : ” أَمَّا وَاللَّهِ لَوْلاَ اللَّهُ مَا أَتَيْتُكُمْ بِهِ !
Seorang lelaki membawa sebuah box bertutup kaca menghadap komandan laskar islam lalu menyerahkanya. Mereka yang berada disana merasa heran dengan apa yang dibawa oleh orang arab miskin ini. Mereka berkata: “Kami belum pernah melihat box seperti ini sebelumnya dan tidak pula box ini sebanding dengan apa yang kami miliki”. Apakah kau memperoleh imbalan dari sesuatu yang kau berikan ? Lelaki itu menjawab: “Demi Allah seandainya bukan karna-Nya, aku tidak akan membawakanya kepada kalian”.
فَعَرَفُوْا أَنَّ لِرَجُلٍ شَأٔنًا، فَقَالُوْا : مَنْ أَنْتَ ؟ فَقَالَ : لاَ وَاللَّهِ لاَ أُخْبِرُكُمْ لِتَحْمَدُوْنِي وَلاَ غَيْرَكُمْ لِيُقَرِّظُوْنِي، وَلَكِنِّي أَحْمَدُ اللَّهَ وَأَرْضَى بِثَوَابِهِ.
Mereka pun akhirnya mengetahui bahwa lelaki ini memiliki kedudukan terhormat lalu berkata: “Siapa Anda”? Dia menjawab: “Demi Allah aku tidak akan memberitahukan kepada kalian untuk mendapatkan pujuan dan sanjungan kalian kepadaku, namun aku bersyukur kepada Allah dan ridha atas pahala-Nya”.
فَاتَّبَعُوْا رَجُلاً حَتَّى انْتَهَى إِلَى أْصْحَابِهِ فَسَأَلُوا عَنْهُ فَإِذَا هُوَ عَامرُ بنُ عَبْدِ قَيْسٍ
Kemudian mereka mengukuti lelaki itu sampai dia tiba kepada kawan-kawanya lalu mereka menanyakan namanya, ternyata dia adalah Amir ibn Abd al-Qays
قُلْ إِن تُخْفُوا مَا فِي صُدُورِكُمْ أَوْ تُبْدُوهُ يَعْلَمْهُ اللَّهُ ۗ وَيَعْلَمُ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الْأَرْضِ ۗ وَاللَّهُ عَلَىٰ كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ. سورة ال عمران ٢٩
Katakanlah, “Jika kamu sembunyikan apa yang ada dalam hatimu atau kamu nyatakan, Allah pasti mengetahuinya.” Dia mengetahui apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi. Allah Mahakuasa atas segala sesuatu.
تاريخ الطبري ج ٤, ص ١٦
Hikmah yang bisa kita ambil dari cerita diatas adalah bahwa Para Sahabat, Tabi’in dan Para Ulama yang tingkat keimanannya lebih baik dibanding kita, mereka selalu berusaha menyembunyikan amalan agar terhindar dari sifat riya’ sebab beramal dengan sembunyi-sembunyi merupakan amalan mulia yang dijanjikan pahala besar Oleh Allah Ta’ala.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ”Tujuh pihak yang diberi naungan oleh Allah, dimana pada hari itu tidak ada naungan kecuali naungan-Nya.” Dari tujuh pihak tersebut, Rasulullah menyebutkan bahwa siapa saja yang bersedekah secara sembunyi-sembunyi -ibarat tangan kiri tak mengetahui apa yang dilakukan tangan kanan- maka ia termasuk salah satu di dalamnya. Riwayat Imam Muslim
Namun adakalanya, suatu amalan baik yang kita lakukan secara terang-terangan bisa juga memotivasi dan memberikan efek positif bagi orang lain untuk berbuat kebaikan. Tentunya setelah kita mempertimbangkan nilai-nilai positif dan negatif di dalamnya.
Dengan begitu, ketika amal kebaikan kita lakukan secara terang-terangan, Kita harus lebih waspada menjaga keikhlasan dan mengendalikan diri agar tidak terjerumus ke dalam ria. Amin.
أبو الحسن علي الحسني الندوى
Kosa-kata (المفردات)
Indonesia | Arab |
---|---|
Menarik perhatian | اِسْتَرْعَى - يَسْتَرْعِى |
Hati-hati/perhatian | اِنْتَبَهَ - يَنْتَبِهُ |
Mempertahankan | دَفَعَ - يَدْفَعُ عَنْ |
Memberikan/mendorong | دَفَعَ - يَدْفَعُ إلى |
Memuji | مَدَحَ - يَمْدَحُ |
Mengingat | ذَكَرَ - يَذْكُرُ |
Menyalahkan/mencela | لاَمَ - يَلُوْمُ |
Tumbuh erkembang | نَشَأَ - يَنْشَأُ |
Menjauh | اِبْتَعَدَ - يَبْتَعِدُ |
Heran/Aneh | اسْتَغْرَبَ - يَسْتَغْرِبُ |
Menahkodai | قَادَ - يَقُوْدُ |
Latihan
Buat kalimat dari kata سَأَلَ dengan syarat pada kalimat tersebut terdapat HAL, TAMYIIZ dan MAF’UL Bih.
Tulis jawaban di kolom komentar