بسم الله الرحمن الرحيم
Kaidah Harokat Huruf Hamzah Pada إنّ Antara Kasrah dan Fathah
Penulisan hamzah pada إنّ (Kasrah) dan pada أَنّ (Fathah) sudah diatur dalam kaidah Bahasa Arab. Kedua huruf ini ( إنّ/أَنّ ) tidak berdiri sendiri alias akan sempurna apabila disatukan dengan isim maupun fi’il. Hasil penggabungan itu disebut dengan Mashdar Muawwal.
Sebelum kita mengetahui ketentuan cara penulisanya antara hamzah wajib kasrah, wajib fathah atau boleh keduanya, kita akan mulai membahasnya dari pengertian mashdar muawwal.
Definisi Mashdar Muawwal (تعريف مصدر مؤول)
Mashdar Muawwal adalah susunan kalimat yang terdiri dari huruf إنّ/أَنّ Mashdari + Jumlah Ismiyah atau Jumlah Fi’liyah.
Pelajari cara pembentukan Mashdar Sharih dan ‘Irab Mashdar
Pada materi ini Kita akan khusus membahas Mashdar Muawwal yang tersusun dari huruf mashdari إنّ/أَنّ. Adapaun utuk huruf-huruf Mashdariyah lainya seperti لو ، كى ، ما ، همزة التسوية akan dibahas pada materi khusus. In Syaa Allah.
Perhatikan Contoh:
سَرُّنِى أَنَّكَ نَاجِحٌ
Telah membuatku bahagia bahwa kamu sukses /Kesuksesanmu telah membuatku bahagia
Kalimat أَنَّكَ نَاجِحٌ disebut dengan Mashdar Muawwal yang tersusun dari ( ّإن + Jumlah Ismiyah).
Cara Merubah Mashdar Muawwal ke Mashdar Sharih
Untuk merubah mashdar muawwal menjadi mashdar sharih, langkahnya sebagai berikut:
- Buang huruf إنّ/أَنّ
- Ambil bentuk mashdar dari kata ناجحٌ yaitu ٌنَجَاح
- Pindahkan Dhomir kebelakang
سَرُّنِى أَنَّكَ نَاجِحٌ -» سَرُّنِى نَجَاحُكَ
وَأَنْ تَصُوْمْوا خَيْرٌ لَكُمْ -» صِيَامُكُمْ خيرٌ لكم
Ketentuan harakat Hamzah Antara Kasrah dan Fathah
Kapan hukum harokat hamzah pada إنّ/أَنّ wajib kasrah, fathah atau boleh keduanya…?
Pertama: Harakat hamzah wajib Kasrah
Apabila إنّ + isim + Khobarnya (Mashdar Muawwal) tidak memungkinkan untuk ditakwil (dirubah) kedalam bentuk Mashdar Sharih, maka terdapat beberapa tempat dimana hamzah pada in wajib kasrah, diantranya:
قال ابن مالك
فاكسر في الابتداء في بدء صلة وحيث إن ليمين مكمله # أو حكيت بالقول أو حلت محل حال كزرته وإني ذو أمل # وكسروا إن من بعد فعل علقا باللام كاعلم إنه لذو تقى
- Apabila posisi إن berada diawal kalimat (في ابتداء الكلام) tidak didahului perkataan apapun.
Contoh:
إِنَّكَ مُجْتَهِدٌ
Kamu sungguh rajin
إِنَّ اللّهَ مَعَ الصَّابِرِينَ
Pada kedua contoh Mashdar Muawwal diatas, hukum harokat hamzah إنّ wajib kasrah karna tidak bisa ditakwil.
- Apabila posisi إنّ terletak setelah kata Qoul قول atau kata yang semakna dengan Qoul (baik bentuknya Madhi, Mudhori’, Amr). Maka harokat hamzah wajib kasrah
Contoh:
قَالَ إِنَّكِ جَمِيْلةٌ
Dia bilang kamu cantik
قَالَ خَالِدٌ إنَّ اللغة العربية سَهْلَةٌ
Kholid bilang bahasa arab itu mudah
قُل إِنَّ الهُدَى هُدَى اللَّهِ -العمران ٧٣
Katakanlah (Muhammad), “Sesungguhnya karunia itu di tangan Allah.
- Apabila إن berada diposisi permulaan jumlah Hal (حال)
Pelajari Materi tentang Haal dan Sahibul hal
Berikut contoh إنّ yang berada diposisi permulaan jumlah Haal (حال)
رَأيْتُكَ وإِنَّكَ تَبْكي
Aku melihatmu dan sesungguh kamu dalam keadaan sedang menangis.
Karna kalimat وإِنَّكَ تَبْكي berada di posisi permulaan jumlah Haal, maka harakat hamzah in wajib kasrah.
- Apabila إنّ berada diposisi permulaan jumlah Silah Maushul (جملة الصلة) seperti
Contoh:
حَضَرَ الذِي إِنَّهُ نَاجِحٌ في الامتحان
Telah hadir orang yang lulus dalam ujian
وَآتَيْنَاهُ مِنَ الكُنُوزِ مَا إِنَّ مَفَاتِحَهُ لَتَنُوءُ بِالعٌصْبَةِ أُو۟لِى ٱلْقُوَّةِ – القصص ٧٦
Dan Kami telah menganugerahkan kepadanya perbendaharaan harta yang kunci-kuncinya sungguh berat dipikul oleh sejumlah orang yang kuat-kuat.
Pelajari Materi apa itu Isim Maushul
- Apabila إنّ berada diposisi jumlah jawab qosam (sumpah) kemudian Khobarnya ditempeli Lam Ibtida atau lam muzhaliqoh atau lam taukid
Contoh:
واللّهِ إِنَّكَ لَكاذبٌ
Demi Allah sesungguhnga kamu seorang pendusta
قوله تعالى : والعصر إنّ الإنسانَ لَفِي خُسْرٍ
Demi masa، sesungguhnya manusia itu benar-benar berada kerugian.
Mengenal Lam Ibtida/Muzhaliqoh/Taukid.
Disebut dengan Lam Ibtida sebab lam ini suka nempel pada Isim dan Khobar yang terletak setelah إِنّ (yang Hamzahnya Kasrah )
Disebut dengan lam Muzhaliqoh sebab Lam ini posisinya dipindahkan dari awal jumlah ke posisi kedua yaitu nempel di Khobar إِنَّ atau Isim إِنَّ muakhar dengan tujuan untuk memperkuat (Taukid). Berikut syarat Lam Muzhaliqoh nempel pada Khobar dan Isim إِنَّ
a. Syarat lam ibtida/muzhaliqah boleh nempel pada Khobar إِنَّ
- khabar harus muakhar (berada setelah mubtada)
- mesti Khobar yang positif (tidak ada nafyi)
- Mesti khabar fi’liyyah dari jenis Fi’il Madhi.
Contoh nempel pada Khobar إِنَّ Muakhar:
إنَّ رَبِّي لَسَمِيعُ الدُّعَاءِ
Contoh nempel pada Khobar إِنَّ selain Fi’il Madhi:
وإنَّكَ لَتَعَلَمُ مَا نُرِيدُ
Apakah sudah mutlaq tidak boleh nempel pada Khobar إِنَّ yang bentuknya Fi’il Madhi…?
Sebagian ulama Nahwu seperti ( الأخفش والفراء وتبعهما ابن مالك) berpendapat hukumnya boleh dengan ketentuan sebagai berikit:
- Apabila Fi’il Madhinya dimasuki قد
Contoh:
إنَّ الطالبَ لَقَدْ حَضَرَ
Sesungguhnya siswa itu telah hadir
- Apabila fi’il madhinya dari jenis fi’il Jamid (Tidak terikat dengan 3 zaman dan juga tidak Mutasharif) seperti : عسى ، ليس ، وهب ، نعم ، بئس dan lainya.
Contoh:
إنَّ إبراهيمَ لَنِعمَ الرَّجُلِ
b. Syarat lam ibtida boleh nempel pada isim إِنَّ
- Posisi isim inna mesti diakhirkan. Contoh
إِنَّ فِي ذَلِكَ لَآيَةً
- Apabila posisi إِنَّ berada setelah Af’alulqulub ( أفعال القلوب) dan pada Khobar إِنَّ terdapat Lam Ibtida.
قال ابن مالك
وَكَسَرُوا مِنْ بَعْدِ فِعْلٍ عُلِّقَا بِالَّلاَمِ كَاعْلَمْ إنَّهُ لَذُو تُقَى
Contoh:
عَلِمْتُ إِنَّك لَجَمِيْلٌ
ظَنَنْتُ إِنَّك لَمُحْسِنٌ
وَاللَّهُ يَعلَمُ إِنَّكَ لَرَسُولُهُ
والله يعلم إنھم لكاذبون
Sekilas tentang Af’alulqulub (أفعال القلوب)
Afa’alulqulub adalah Fi’il-fiil (kata kerja yang mengandung makna yakin, perkiraan, sangkaan, keraguan. Seperti fi’il-fi’il berikut:
ظنَّ، خالَ، حسبَ، جعل، وعدَّ، زَعمَ، رأى، وجد
Apabila posisi إِنَّ berada setelah fi’il-fi’il di atas lalu pada khabar إنّ terdapat Lam ibtida, maka hukum harakat hamzah pada إِنَّ wajib kasrah
7. Apabila posisi إِنَّ berada setelah perangkat jawab ( أدوات الجواب) berikut ini.
لا،نعم، بلى، أجل
Contoh:
نعم, إِنَّ خالدًا طالبًا مجتهدًا
- Apabila posisi إنّ berada setelah dzharaf untuk lafadz حيث، إذ
Contoh:
رأيت حَيْثُ إِِنَّك تركبُ السيّارةَ
Aku melihat mu dimana kamu sedang menaiki mobil
زُرْتُ بَيْتَكَ إذ إِِنَّك تدرس اللغة العربية
Aku mengunjungi rumahmu tatkala kamu sedang belajar bahasa arab.
- Apabila posisi إنّ menjadi khabar jumlah ismiyyah untuk mubtada yang bentuknya dari jenis Isim Dzat (bentuknya nyata/nampak seperti manusia)
Contoh:
خالدٌ إنّه مجتهدٌ
محمّد إنّه عالم
- Apabila posisi إنّ terletak setelah huruf istifham dan dibarengi dengan Lam Ibtida
Contoh:
قَالُوا أَإِنَّكَ لَأَنتَ يُوسُفُ – سورة يوسف ٩٠
أَئِنَّكُمْ لَتَأْتُونَ الرِّجَالَ شَهْوَةً – سورة النمل ٥٥
Kedua: Hukum harokat hamzah wajib fathah
Harakat hamzah pada إن wajib fathah pabila Mashdar Muawwal memungkinkan dirubah kedalam Mashdar Sharih.
قال ابن مالك
وَهَمْزَ إِنَّ افْتَحْ لِسَدِّ مَصْدَرِ مَسَدَّهَا وَفِي سِوَى ذَاكَ اكْسِرِ
Contoh1:
يـسـعدني أَنَّكَ ناجحٌ
Kelulusanmu membuat aku senang.
Perhatikan kalimat أَنَّكَ ناجحٌ ini adalah bentuk Mashdar Muawwal yang terdiri dari أن+isim dhomir + khabar.
Apabila bentuknya Kita rubah menjadi Mashdar Sharih hasilnya
يـسـعدني نَجَاحُكَ
Contoh2:
يُـسْـعِدُنِي أنّ تَنْتَظِرَ
Penantianmu membuatku senang
Perhatikan kalimat أنّ تنتظر adalah bentuk Mashdar Muawwal yang terdiri dari أن+Fi’il Mudhori’ + Dhomir أنت
Jika bentuknya Kita rubah menjadi Mashdar Sharih akan seperti ini.
يـُسْـعِدُنِي انْتِظَارُكَ
Berikut posisi-posisi yang mewajibkan harakat inna kasrah
- Apabila إن Menduduki posisi Mubtada. Contoh:
وَمِن آيَاتِهِ أَنَّكَ تَرَى الأَرْضَ خَاشِعَةً
Dan sebagian dari tanda-tanda (kekuasaan) -Nya bahwa kamu melihat bumi itu kering tandus,
Mashdar Muawwal kalimat ( أَنَّكَ تَرَى ) menempati posisi Mubtada Muakhar dengan perkiraan setelah dirubah menjadi mashdar sharih yaitu
وَمِن آيَاتِهِ رؤيتك الأَرْضَ خَاشِعَةً
- Apabila إن menduduki posisi Fa’il
Contoh:
فَلَمّا تَبَيَّنَ لَهُ أنَّهُ عَدُوُّ لِلَّهِ تَبَرَّأ مِنهُ – التوبة ١١٤
Mashdar Muawwal kalimat أنَّهُ عَدُوُّ menempati posisi Fa’il dari kata kerja تَبَيَّنَ dengan perkiraan setelah dirubah menjadi bentuk mashdar sharih yaitu
فَلَمّا تَبَيَّنَ لَهُ عداوته لِلَّهِ تَبَرَّأ مِنهُ
- Apabila إن menduduki posisi Naibulfa’il
Contoh:
عُرِفَ أَنَّ خالدًا مجتهدًا
Sudah ma’ruf bahwasanya Kholid rajin
قوله تعالى : قُل أُوحِيَ إِلَيَّ أَنَّهُ اسْتَمَعَ نَفَرٌ مِنَ الجِنِّ
Mashdar Muawwal kalimat أَنَّهُ اسْتَمَعَ menempati posisi Naibulfa’il dari kata kerja majhul أُوحِيَ dengan perkiraan setelah dirubah menjadi mashdar sharih yaitu
ٍقُل أُوحِيَ إِلَيَّ استماعُ نفر
- Apabila إن menduduki posisi Maful Bih
Contoh:
عَلِمْتُ أنَّكَ نجَحْتَ في الامتحان
Mashdar Muawwal kalimat أنَّكَ نجَحْتَ menempati posisi Maf’ul Bih dari kata kerja عَلِمْتُ (fi’il dan Fa’il) dengan perkiraan setelah dirubah menjadi mashdar sharih yaitu
عَلِمْتُ نَجَاحَكَ في الامتحان
- Apabila إن menduduki posisi Majrur dengan huruf Jar
Contoh:
ذَلِكَ بِأَنَّهُم كَانُوا يَكْفُرُونَ بِآيَاتِ اللَّهِ – العمران ١١٢
Mashdar Muawwal kalimat بِأَنَّهُم كَانُوا menempati posisi Majrur dengan Huruf Jar. Perkiraan setelah dirubah menjadi mashdar shorih yaitu
ذَلِكَ بِكَوْنِهِمْ يَكْفُرُونَ….الأية
- Apabila إن posisinya berada setelah perangkat syarat law (لو) dan lawla (لولا) syartiyyah
Contoh:
قوله تعالى : وَلَوْ أَنَّھُمْ صَبَرُوْا
Perkiraan setelah dirubah menjadi mashdar sharih;
وَلَوْ صَبْرُهُمْ
وقوله تعالى : فَلَوْلاَ أَنَّهُ كَانَ مِنَ المُسَبِّحِينَ لَلَبِثَ فِي بَطْنِهِ إِلَى يَوْمٍ يُبْعَثُونَ – الصافات ١٤٣
Perkiraan setelah dirubah menjadi mashdar sharih:
فَلَوْلاَ كَوْنُهُ مِنَ المُسَبِّحِيْنَ
- Apabila posisi إن dima’tufkan dengan kalimat sebelumnya.
Contoh:
قوله تعالى : يَا بَنِي إِسرَائِيلَ اذْكُرُوا نِعْمَتِيَ الَّتِي أَنْعَمْتُ عَلَيْكُم وَأَنِّي فَضَّلْتُكُم عَلَى العَالَمِينَ – البقرة ٤٧
Ketiga: Hukum harokat hamzah boleh kasrah dan fathah
Syarat gar إن hukumnyabbisa berharakat kasrah atau fathah yaitu memungkinkan untuk merubah mashdar muawwal menjadi Mashdar Sharih.
قال ابن مالك
بعد “إذا” فجاءة أو قسم لا لام بعده بوجهين نمي # مع تلوا “فا”الجزا وذا يطرد في نحو خير القول أني أحمد
Berikut posisi-posisi boleh kasrah atau fathah:
- Apabila posisi إن/أن terletak setelah إذا الفجائية ( Idza Fajaaiyyah)
Contoh:
ٌخَرَجْتُ مِنَ البيتِ فإذا إِنَّ/أَنَّ المطرَ نازل✔️
Aku keluar rumah tiba-tiba hujan turun
Sekilas tentang إذا الفجائية dan إذا الشرطية berikut perbedaanya.
- Idza إذا syartiyyah dari jenis isim dan Idza إذا Fajaaiyah jenis huruf
- Idza إذا syartiyyah masuk pada jumlah fi’liyyah, adapun Idza إذا Fajaaiyyah masuk pada jumlah ismiyah.
- Idza إذا syartiyah membutuhkan jawaban, sedangkan Idza إذا Fajaaiyah tidak
- Idza إذا syartiyyah memiliki hak digunakan diawal kalimat, sedangkan Idza إذا Fajaaiyah hanya berada di akhir kalimat
- Idza إذا syartiyyah bermakna menunjukan waktu yang akan datang meski fi’il yang dimasukinya bentuk lampau (madhi), sedangkan Idza إذا Fajaaiyah untuk Hal (waktu sekarang)
Pelajari lebih detail tentang Idza إذا syartiyah pada materi Uslub Syarat
- Apabila posisi أن terletak pada posisi jawab qosam (sumpah)
Contoh:
أقسم بالله أَنَّ خالدا صادقٌ✔️
Namun apabila khobarnya ditempeli Lam Ibtida/Muzhaliqoh/Taukid, harakat hamzah إن mesti kasrah.
أقسم بالله إِنَّ خالدا لصادقٌ✔️
Aku bersumpah bahwa Kholid itu benar.
- Apabila posisi إن/أن terletak setelah Huruf Fa Jazaa ( فاء الجزاء)
Fa Jazaa adalah huruf yang biasa digunakan dalam syarat jawab seperti yang sudah dibahas pada materi Uslub Syarat.
Contoh:
مَنْ يَجْتَهِدْ فَإِنَّهُ نَاجِحٌ
Pada contoh ini, Harkat hamzah dikasrahkan dengan alasan bahwa susunan kalimat sudah sempurna meskipun tidak terdapat أن yaitu فهو ناجح
Kemudian harakat hamzah difathahkan dengan alasan bahwa apabila dirubah menjadi bentuk masdhar sharih, perkiraanya yaitu
ٌمَنْ يَجْتَهِدْ فَنَجَاحُهُ حَاصِل
Yaitu dengan memperkirakan kata حاصل sebagai khobar yang dibuang.
- Apabila osisi إن/أن terletak pada posisi sebagai Khobar dari kata Qoul (قول) dengan syarat:
- Menjadi khobar dari mubtada kata قول
- Menjadi penjelas bagi kata قول
- Fa’ilnya orang yang sama
Perhatikan Contoh:
قَوْلي إِنّي أَحْمَدُ اللّهَ
قَوْلي أَنّي أَحْمَدُ اللّهَ
Kedua contoh di atas semuanya bisa kasrah dan fathah karna sudah memenuhi ke 3 syarat diatas.
Lihat perbedaan apabila contohnya seperti dibawah:
قَوْلي إِنَّ خَالدًا يحمدُ اللَّهَ
Karna tidak memenuhi syarat harus fa’il yang sama,mKa harokat hamzah wajib kasrah.
Atau apabila contohnya seperti ini
عملي إِنّي أَحْمَدُ اللّهَ
Karna tidak memenuhi syarat harus yang mengandung makna قول , mKa harakat hamzah wajib fathah.
Demikian pembahasan tentang Hukum Harokat Hamzah pada إِنّ/إِنّ semoga bermanfaat
23 maret 2019
وأســأل الله أن يجعـل عملنـا خالصـاً لوجهه الكريـم , وأن ينفع به النفع العميم , إنه هو البرُّ الرحيـم , وصلى الله على نبينا وآله وصحبه وسلم تسليماً كثيراً
المراجع
القرآن الكريم
شرح الأشموني لألفية ابن مالك
معجم الإعراب الملون من القرآن الكريم لأبي فارسا لدحداح
تفسير إعراب القرآن لدعاسى
كتاب التطبيق النحوي الدكتور عبده الراجحي
semoga Allah mempermudah untuk terus menulis tentang harf lain yang biasa dibuat masdr muawwal. jazakumullahu khayran.
Mas,
Ketika si inna/anna mnjadi khabar dri ism makna gimana? (Ism makna Diluar qaul)
[…] Pasal Mashdar Muawwal sudah dibahas ditautan berikut: Mashdar Muawwal […]